Barru, Teras Waktoe.com —
Sebelum tangan-tangan bantuan datang, gubuk reyot itu berdiri sendiri di Aggalacengnge, Lingkungan Mattirowalie, Kelurahan Tuwung, Kecamatan Barru, Kabupaten Barru. Ukurannya hanya 4×5 meter, berdinding papan rapuh beratap seng tua Gubuk itu bahkan terpisah dari pemukiman warga, menyendiri bersama kesulitan hidup.
Di dalamnya, Dg Lebang, seorang nenek sepuh berusia lebih dari 60 tahun, tinggal bersama sembilan anggota keluarganya: anak-anak dan cucu-cucunya. Sembilan jiwa bertahan di ruang sempit , tanpa kamar mandi, tanpa ventilasi layak. Mereka tidur di lantai reot , saling berbagi tempat
Kondisi itu terus berlangsung lama hingga suatu hari seseorang memotret dan merekamnya. Video dan foto gubuk milik Dg Lebang pun diunggah ke media sosial. Dalam hitungan hari, gubuk itu viral. Warganet ramai-ramai membagikan ulang, mengungkap rasa prihatin, dan menuntut adanya tindakan nyata.
Viralnya kondisi Dg Lebang memicu respons cepat dari banyak pihak. Dinas Sosial Provinsi Sulawesi Selatan, Dinas Sosial Kabupaten Barru, Pemerintah Kecamatan dan kelurahan setempat Kurir langit, serta warga sekitar bersinergi. Mereka menjadikan empati sebagai energi gotong royong.
Sekitar April 2025, pembangunan rumah baru pun dimulai. Tim TAGANA Dinas Sosial turut bergabung dengan warga, dan butuh waktu hampir 3 bulan untuk menyelesaikan bangunan itu.
Dan pada Jumat, 18 Juli 2025, harapan itu benar-benar tiba. Gubernur Sulawesi Selatan Andi Sudirman Sulaiman datang langsung ke lokasi, didampingi Bupati Barru Andi Ina Kartika Sari, Wakil Bupati Abustan Andi i Bintang, Ketua DPRD Barru Syamsuddin Muhiddin, unsur Muspida, Kepala Dinas Sosial Provinsi Sulsel, serta jajaran Dinas Sosial Kabupaten Barru. Gubernur menyerahkan kunci rumah kepada Dg Lebang dan keluarganya.
Tak banyak kata keluar dari Dg Lebang. Tapi air mata dan senyumnya hari itu cukup menggambarkan seluruh rasa yang tak sempat ia tuliskan.
Kini, malam-malam keluarga itu tak lagi ditutup dalam gubuk sempit dan sesak. Mereka telah memiliki ruang yang layak untuk bernapas, membesarkan anak-cucu, dan menyalakan harapan baru. Rumah itu mungkin sederhana, tapi bagi Dg Lebang dan sembilan jiwanya, rumah itu adalah kehidupan yang diselamatkan.
WAHYUDDIN SUYUTI
—