Barru, Teras Waktoe. Com–
Matahari baru saja naik ketika suara kokok ayam jantan memecah pagi di sebuah sudut kota Kabupaten Barru tepatnya di Jalan Lasawedi. Dari balik pintu rumah sederhana itu, seorang lelaki paruh baya muncul dengan langkah tenang. Di tangannya tergenggam ember berisi jagung giling. Dengan sabar, ia menaburkan butiran pakan ke kandang ayam yang berjajar rapi. Wajahnya sumringah, seolah menyambut hari dengan semangat yang tak kalah dari masa mudanya.
Dialah Titus Marasin, pensiunan Dinas Kesehatan Kabupaten Barru yang kini menapaki hari-hari barunya dengan cara berbeda.
Titus Marasin pernah menghabiskan lebih dari tiga dekade dalam dunia kesehatan. Ia terbiasa bangun pagi untuk berangkat ke kantor, terbiasa dengan rapat mendadak, dan sering pulang larut setelah menghadiri pelayanan masyarakat. Semua itu ia jalani tanpa keluh, sebab baginya kesehatan orang banyak adalah panggilan hati. Namun ketika usia dan aturan menuntunnya untuk berhenti dari dinas, ia sempat gamang. Bagaimana cara menata hari tanpa rutinitas yang telah ia jalani bertahun-tahun?
“Kalau hanya duduk, tidur, atau menonton televisi, tubuh malah cepat lelah, pikiran pun kosong,” katanya suatu kali. Dari kegelisahan itu, Titus belajar bahwa pensiun tak bisa hanya diisi dengan beristirahat. Ia butuh aktivitas, sesuatu yang membuatnya tetap berguna dan merasa hidup.
Beruntung, jauh sebelum pensiun, ia sudah menyiapkan langkah. Sedikit demi sedikit dari hasil kerjanya, ia bangun beberapa unit rumah kontrakan di lahan miliknya. Kini, kontrakan itu menjadi salah satu sumber pemasukan tetap. Setiap kali ada penyewa baru, Titus menyambut mereka dengan ramah, merasa lega karena rumah-rumah itu bisa memberi manfaat.
Namun Titus Marasin tidak berhenti di sana. Sejak lama ia tertarik memelihara ayam, dan masa pensiun memberinya waktu lebih leluasa. Kandang ayam ia tata rapi di belakang rumah. Pagi ia memberi makan, siang membersihkan kandang, . Rutinitas itu membuat tubuhnya terlatih bergerak, pikiran tetap terisi, dan tentu saja, menambah pendapatan keluarga.
“Rasanya seperti kembali bekerja, hanya saja atasan saya sekarang ayam-ayam ini,” ujarnya sambil tertawa kecil.
Bagi tetangganya, sosok Titus adalah contoh nyata bahwa masa pensiun tidak berarti berhenti. Justru dari kesibukan barunya, ia terlihat lebih segar, lebih bersemangat, dan tetap berdaya. Beberapa kawan pensiunan kerap datang berkunjung, belajar bagaimana ia mengelola kontrakan atau beternak ayam. Ia tak keberatan berbagi pengalaman. Baginya, berbagi adalah bentuk lain dari pengabdian.
Hari-hari Titus kini jauh dari sepi. Ia tidak lagi dikejar laporan atau deadline pekerjaan, tetapi tetap merasa produktif dan berguna. Ada kepuasan ketika melihat ayam beserta telurnya, ada kebahagiaan saat menerima kabar kontrakan terisi. Di usianya sekarang, ia menemukan keseimbangan baru: menikmati waktu luang tanpa kehilangan semangat untuk berkarya.
Di organisasi PWRI (Persatuan Wredatama Republik Indonesia) Kabupaten Barru ia tercatat sebagai pengurus dalam jabatan sebagai Bendahara dan aktif untuk mengurus organisasi.
Kisah Titus menunjukkan bahwa masa pensiun bukan akhir perjalanan, melainkan awal dari babak baru. Dengan persiapan, niat, dan ketekunan, masa tua bisa menjadi masa menanam kebaikan untuk hari-hari mendatang.
“Pensiun itu bukan berhenti,Pensiun itu hanya berganti cara dalam melanjutkan hidup.”kata Titus Marasin
Penulis : WAHYU