Oleh: Pimpinan Redaksi Teraswaktoe.com
Dalam denyut sejarah pemerintahan Barru sekitar 15 tahun lalu, nama H. Kamrir Dg Mallongi, S.H., terpatri sebagai sosok birokrat yang tegas dan lugas dalam bekerja. Lahir di Wolo, Kolaka, Sulawesi Tenggara, 25 September 1952, almarhum menapaki kariernya sebagai Pegawai Negeri Sipil di Kabupaten Barru selama kurang lebih 25 Tahun sebelum akhirnya dipercaya sebagai Wakil Bupati Barru dua periode, mendampingi Bupati H. A. Muhammad Rum sejak tahun 2000 hingga 2010.
Saya mengenal almarhum bukan hanya dari jauh, tapi melalui banyak momen perjumpaan langsung. Kala itu, saya ditugaskan oleh Pimpinan Redaksi Harian Ujungpandang Ekspres (media yang tergabung dalam Fajar Grup) untuk meliput kegiatan pembangunan daerah di Kabupaten Barru. Penugasan itu merupakan bagian dari kerja sama resmi (MoU) antara Pemkab Barru dan Harian Ujungpandang Ekspres yang dimulai sejak 27 Januari 2001 hingga 2010. Dalam kurun waktu itulah, saya banyak menyaksikan cara kerja dan karakter almarhum secara langsung.
Sepanjang interaksi kami, baik dalam peliputan maupun diskusi-diskusi kecil,, Almarhum saya kenal sebagai pribadi yang sederhana namun tegas, jujur .
Satu hal yang begitu saya hormati dari Kamrir Dg Mallongi: ia tak pernah memandang pemerintahan sebagai kekuasaan, melainkan pelayanan. Ketika ia berkeinginan maju sebagai calon bupati pada Pilkada 2010, ia memaknai demokrasi sebagai ruang adu gagasan, bukan ajang saling mencela. Moral dan etika politik ia pegang erat. Ia menolak terprovokasi. Politik, baginya, bukan soal siapa yang berkuasa, melainkan siapa yang bisa melayani lebih tulus.
Dalam satu kesempatan, ia pernah menyampaikan, “Pemerintahan itu kompleks. Banyak orang mengaku bisa memimpin, tapi belum tentu mampu menjalankannya.” Kalimat itu bukan hanya pandangan, melainkan sikap yang benar-benar ia jalani dalam kerja nyata.
Meski tidak lahir di Barru, almarhum memahami betul karakter masyarakat Barru, seakan ia tumbuh bersama denyut nadinya. Barru bukan hanya tempat ia bekerja, tapi Barru adalah tanah yang membesarkannya sebagai birokrat. Ia memahami kultur lokal, membaca gelombang aspirasi rakyat, dan menjadikannya pijakan dalam bertindak.
Kini, ketika namanya tak lagi disebut dalam forum-forum kekuasaan, kami di Teras Waktoe.com merasa perlu mengangkat kembali jejak pengabdiannya.
Semoga Allah SWT melapangkan jalannya, menerima seluruh amal baktinya, dan menjadikan beliau teladan abadi bagi siapa pun yang ingin meniti jalan pengabdian.
WAHYUDDIN SUYUTI
—